Setiap pernikahan pasti akan menghadapi fase di mana kekacauan yang muncul dan berubah sejalan dengan tahun-tahun berlalu dalam pernikahan.
Ini karena sifat manusia yang dinamis yang terus berubah dan pasti ingin selalu mencapai sesuatu yang lebih baik dalam hidup.
Memasuki tahun pertama, tahun kedua, tahun ketiga pernikahan, konflik yang muncul berbeda. Dalam lima tahun pertama yang paling terjadi adalah penyesuaian antara suami dan istri.
Menurut psikolog Dewi Minangsari, ini disebut penyesuaian perkawinan, penyesuaian dalam pernikahan dalam berbagai hal, seperti keuangan, pengaturan keuangan dalam rumah tangga.
Jika proses penyesuaian menimbulkan masalah, kekacauan akan mulai muncul. Sesuatu yang membuat dinamika pernikahan turun.
Ini karena sifat manusia yang dinamis yang terus berubah dan pasti ingin selalu mencapai sesuatu yang lebih baik dalam hidup.
Memasuki tahun pertama, tahun kedua, tahun ketiga pernikahan, konflik yang muncul berbeda. Dalam lima tahun pertama yang paling terjadi adalah penyesuaian antara suami dan istri.
Menurut psikolog Dewi Minangsari, ini disebut penyesuaian perkawinan, penyesuaian dalam pernikahan dalam berbagai hal, seperti keuangan, pengaturan keuangan dalam rumah tangga.
Jika proses penyesuaian menimbulkan masalah, kekacauan akan mulai muncul. Sesuatu yang membuat dinamika pernikahan turun.
Setiap pernikahan, siapa pun yang melewatinya, akan menghadapi tantangan. Hanya bagaimana mereka memulai perjalanan dan membangun strategi untuk menghadapi tantangan. Dan berikut ini tips menghadapi riak di rumah tangga:
1. Komunikasi terbuka. Jika masing-masing pasangan menemukan sesuatu yang membuat mereka tidak nyaman membicarakan satu sama lain. Lakukan dialog sehingga akan tahu apa yang dirasakan dan situasi apa yang dihadapi.
2. Kerja Sama. Dibutuhkan dua untuk tango, dibutuhkan dua orang untuk membangun rumah tangga. Setiap pasangan harus memiliki kemauan untuk menemukan solusi untuk masalah yang dihadapi.
3. Kesediaan untuk belajar. Ini berarti bahwa setiap pasangan memiliki kemauan untuk terus belajar menghadapi masalah. Jadi kemampuan untuk menangani masalah akan terus diasah dan mudah untuk menemukan strategi baru untuk menyelesaikan masalah.
4. Kelola perasaan. Kita tidak dapat menghindari stres dalam rumah tangga, tetapi hal yang paling mungkin kita lakukan adalah mengelola perasaan kita. Ini akan melatih kita dalam menghadapi bahkan hal-hal terberat yang mungkin terjadi di rumah tangga.
1. Komunikasi terbuka. Jika masing-masing pasangan menemukan sesuatu yang membuat mereka tidak nyaman membicarakan satu sama lain. Lakukan dialog sehingga akan tahu apa yang dirasakan dan situasi apa yang dihadapi.
2. Kerja Sama. Dibutuhkan dua untuk tango, dibutuhkan dua orang untuk membangun rumah tangga. Setiap pasangan harus memiliki kemauan untuk menemukan solusi untuk masalah yang dihadapi.
3. Kesediaan untuk belajar. Ini berarti bahwa setiap pasangan memiliki kemauan untuk terus belajar menghadapi masalah. Jadi kemampuan untuk menangani masalah akan terus diasah dan mudah untuk menemukan strategi baru untuk menyelesaikan masalah.
4. Kelola perasaan. Kita tidak dapat menghindari stres dalam rumah tangga, tetapi hal yang paling mungkin kita lakukan adalah mengelola perasaan kita. Ini akan melatih kita dalam menghadapi bahkan hal-hal terberat yang mungkin terjadi di rumah tangga.
5. Kembangkan keterampilan komunikasi. Kemampuan berkomunikasi yang kita miliki harus bisa mendengarkan pasangan, bukan menilai, mampu memahami perasaan orang lain.
6. Hormati privasi. Semua orang membutuhkan ruang untuk diri mereka sendiri, jadi pahamilah bahwa pasangan juga membutuhkan ruang di mana tidak ada orang lain yang bisa ikut campur.
6. Hormati privasi. Semua orang membutuhkan ruang untuk diri mereka sendiri, jadi pahamilah bahwa pasangan juga membutuhkan ruang di mana tidak ada orang lain yang bisa ikut campur.
0 comments:
Post a Comment